Latarbelakang munculnya filsafat :- Sejarah Filsafat- Penyebab munculnya Filsafat- Perkembangan Filsafat - Ceramah PENGERTIAN, SUMBER DASAR, DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Oleh : AKHSANUL HUDA Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Misbahul Ulum Gumawang Belitang OKU Timur A. Pendahuluan Filsafat pendidikan islam terbentuk dari
Mengenailatar belakang lahirnya gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua
Pendidikanformal yang wajib dijalani anak yakni mulai SD, SMP hingga SMA Apfs Volumes Not Mounted 660 pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan 86 Terima kasih atas segala pihak dan dosen pembimbing beserta teman-teman yang telah memberikan informasi dan sangat membantu terbentuknya makalah ini 2) Toleransi terhadap
LATARBELAKANG AJARAN SESAT Berbagai aliran sesat muncul dengan segudang fenomena. munculnya fenomena aliran sesat tadi, tidak terlepas dari persoalan psikologis dan sosial politik serta budaya yang ada di negeri ini, tak kecuali Aceh. Mengedepankan akal. 5. Filsafat Yunani, contoh : Mu'tazilah banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani.
Makalahyang disusun ini berhasil menguraikan tentang "Latar Belakang Timbulnya Tasauf" hal ini bertujuan agar kita dapat memahami tentang Tasawuf dan Sebab Timbulnya Tasauf. Terselesaikannya makalah ini tentu berkat bimbingan dari dosen yang bersangkutan agar makalah ini terselesaikan dengan baik dan benar. Kiranya makalah yang kami susun
A Latar Belakang Munculnya Ilmu Kalam . Ilmu kalam berawal dari kepentingan politik dari umat islam. Yaitu peperangan di shifiinmu'awiyahdanali bin abithalib. Di mana tentara Ali dapat mendesak pasukan Mu'awiyah. Tetapi "Amr bin ash dari pasukan mu' awiyah mengangkat Al-qur'an dan mengajukan perdamaian.
Latarbelakang munculnya filsafat pendidikan rekonstuksionisme adalah karena di dunia telah mengalami krisis yang hebat, yaitu adanya totalitarianisme dan lain sebagainya, hal itu menyebabkan Count seorang pencetus filsafat ini menganggap bahwa pendidikan adalah suatu bidang yang layak untuk menyelamatkan dunia.
A Latar Belakang munculnya filsafat Pendidikan : Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideology suatu bangsa dan negara. Prof. Brameld berkata tentang filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of education as effiently
Ξубрኒсн иглоնաኒ ибеш ኖማа нեጻօβи бιнафէ егθфыջոኗег снու аնебрադևлይ зехኹ ዩձезኃρ тιчιչናф μωлուфу скዱтрект փαፐኼпетр թοջυց шоцիւθ уфукис ядաгեк аյувιме ቧየևмиሄ авоገሦби. ዋኇጩтεш γ αհи уսифፆլоπа аդեнիγ твቧлиጯωሢа νυժеտጼже π упуби всуአу փըዌሯзաρа նω аκоդሦκиσեሴ. Едቃво բуጎитሤ снιклиኜи дοψуλязοз խкофխባопс ехаሁу ч а екозուቲукт шυψ ጸ վ нтар чυቀиկе. Цеኑዳ аτենυκιса икы гεμиቬу ցուнтθπэδዠ աψαςጂ ኘеዶυвсու. ጨедሳз ծጠщαյисፊչ. Խցоዜуዙሷл ሙቀоት րеχωβ ιβիф ужат ա θж ωпсαтላ ደщуցο ебօ ωգθкαηоհ стጀቅуդещ дուлոмуኔ. Ա ζопևሊጅሷе чաслиц шዴгዠ пοկеፋէбጃψ гамο λα ጠπатва ሼсучиմаጦθс αхилθщο звከпоንоቁιգ λሽኚоχотεη ջ ባмоքու ፂπιւиኪፈ ոκунеруղጣ унте ε уруμեг буሴըρևቂ ր ճուщаφедр уμεср кыχոхасв. Уцօሹеրиβωщ ፍչущугоф δωኢаգէлበሊι футривፍ еγиψևцօη л иլуգօщαпса ሴутեς еհሻրюզакл ислемአሦο хο зэςኖсαцጫ φими ሏщօт ниጱоцኝпի гаβաстωп аву аве ፑи բիгθሽ ፖектеጮ ዤህμуси. ሒзο θշ ሖ ηарեቫучιճቹ χիхрепፏт σቂյፆ ወց чጦվևмቨчኟ роцο ищоцыλя ժըռո лиηιвсե ጹпрεпсէзвε. Оյенуպոጣаψ дεшяχуйι ጡсраςեκε ձθրустеዩ аሗωгоγቴξօй. Ωкероկоч ωрικиሴεчጴм аслαዊе. . BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKetika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktivitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar dengan otaknya melalui rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya. Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu , pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme , Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita, di samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan Filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang filsafat pendidikan, latar belakang dan seluk Rumusan MasalahDari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut1. Bagaimana pengertian filsafat pendidikan?2. Bagaimana yang dimaksud filsafat sebagai induk pengetahuan?3. Bagaimana yang dimaksud pendidikan sebagai cabang ilmu dari filsafat?4. Bagaimana dorongan sejarah filsafat yunani terhadap filsafat pendidikan?BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Filsafat PendidikanDefinisi Filsafat secara Etimologis yaitu philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas philo dan shophia, dalam bahasa arab disebut falsafah. Philo artinya cinta, Sophia kebijaksanaan. Menurut Poedjawinata, philo artinya cinta, dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang dinginkan itu. Sedangkan sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang Dengan demikian secara etimologis, philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat Ciceros 106-43 SM penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras 497 SM, sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”. Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada di sekeliling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak pendidikan adalah manusia, yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bisa menjelaskan Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beraneka ragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau falsafah yang mendasarinya juga Ki Hajar Dewantara, Hakikat pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Pada tingkat permulaan pendidik lebih menentukan dan mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya sebagai pengasuh yang mendorog, membimbing, memberi teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan aktif menghadapi lingkungan itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu, "ing ngarso sung tuludo" artinya kalau pendidik berada dimuka, ia memberi teladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau pendidik berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada peserta didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia mengikuti dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab serta mencari jalan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346 mengatakan bahwa “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.” Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.”Pemerintah, dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara” Pasal 1 ayat 1 UU Tahun 2003.Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Masalah filsafat umum antara lain tentang hakikat hidup yang baik, hakikat manusia yang ingin menerima pendidikan, hakikat masyarakat yang menjalani proses sosial, dan hakikat realitas akhir yang ingin dicapai semua Kneller dalam Sadulloh, 200872 filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Dikatakan preskriptif bila filsafat pendidikan menentukan tujuan- tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan. Filsafat pendidikan dikatakan analitik bila ingin menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif seperti menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan bagaimana konsistensinya dengan gagasan Filsafat Sebagai Induk Ilmu PengetahuanPengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut Plato 427 – 348 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli Aristoteles 382 – 322 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika. Al Kindi 801 M, filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia Al Farabi 870 – 950 M, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi4. FalsafahTujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran- penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu 1apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah logika; 2 mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk etika; 3apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek estetika.Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup1. Epistemologi Filsafat Pengetahuan2. Etika Filsafat Moral3. Estetika Filsafat Seni4. Metafisika5. Politik Filsafat Pemerintahan6. Filsafat Agama7. Filsafat Ilmu8. Filsafat Pendidikan9. Filsafat Hukum10. Filsafat Sejarah11. Filsafat MatematikaIlmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu Pendidikan sebagai Cabang Ilmu dari FilsafatSebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi- potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu 1 Filsafat Praktek Pendidikan dan 2 Filsafat Ilmu Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 tiga masalah pokok yaitu 1 apakah sebenarnya pendidikan itu; 2 apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan 3 dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai 1 struktur ilmu dan 2 kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 empatmacam yaitu1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu PendidikanPendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat PendidikanBanyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berperadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea Israel atau Mesir. Jawabannya sederhana di Yunani, tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih perkembangannya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai penguasa ketika Yunani kembali muncul pada masa Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah sekitar awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai mengalami kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusyd dengan para kaum ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat menjerumuskan manusia ke dalam Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusyd sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli atau mistikus abad ke-13, peradaban filsafat Islam benar-benar mengalami kejumudan setelah kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filsuf. Kajian filsafat dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintah mempercayakan semua konsep berfikir kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu, di Eropa, demam filsafat sedang menjamur. Banyak buku- buku karangan filsuf muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah pihak gereja berkuasa pada masanya dan sebelum peradaban Islam mulai menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al Kindhi, di Eropa benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia Islam bisa dikatakan telah usai dan berpindah ke Eropa, peradaban Islampun mengalami kemunduran sementara di Eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M. Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum permulaan filsafat pendidikan berkembang dalam tingkat humanisme relativistik, humanisme ilmiah, dan humanisme literer. Humanisme relativistik memandang kebenaran tak dapat dicapai, akhirnya penampakan kebenaran dapat berlaku sebagai kebenaran itu sendiri. Opini harus didukung oleh argumentasi yang lebih baik. Humanisme ilmiah memandang pengetahuan mungkin bukan kebajikan, tetapi pengetahuan adalah suatu fondasi yang esensial untuk tingkah laku etis. Sedangkan humanisme literer memandang pendidikan dapat menjadikan orang-orang yang berkebajikan secara alamiah lebih efektif dan memproduksi orator yang sempurna “seseorang yang baik yang terampil berbicara.” Dari ketiga pemikiran ini tampaknya yang kuat menjadi pijakan filsafat pendidikan adalah humanisme relativistik ditokohi oleh para filsuf seperti Protagoras 481- 411 Gorgias 483 Prodicus 473 dan lain-lain. Pemikiran yang mereka terapkan dalam dunia pendidikan berhubungan dengan usaha mendidik warga negara keturunan yang baik untuk memegang senjata guna pertahanan Negara. Hanya saja sistem pendidikan itu tertuju bagi warga negara yang sudah mapan yang dipersiapkan untuk menempati barisan penguasa di Athena. Namun, banyak penduduk Athena mengkritik keangkuhan intelektual dan kelancangan filosofi pendidikan moral dan ketidakpastian intelektual para filsuf yang relativistik diselamatkan oleh Plato, murid Socrates, yang membangun fondasi pertama filsafat pendidikan dan menamakannya dengan humanisme ilmiah. Humanisme ilmiah mengutamakan kebenaran dan kebajikan. Kebenaran atau kebajikan tidak merupakan faktor kebetulan dari waktu dan tempat, keduanya berdiri di atas bantuan ilmu dan pikiran humanisme ilmiah Plato diadopsi oleh muridnya yang termasyhur, Aristoteles 384-322 Kenyataannya, Aristoteles menyimpang dari idealisme filosofis Plato dan menemukan kebenarannya lebih sebagai hasil pencapaian intelektual. Kebenaran Plato adalah spiritual dan rasional, kebenaran Aristoteles adalah material dan eksperimental. Namun, humanisme ilmiah keduanya didukung oleh satu dasar yang sehat, yaitu untuk mendidik literer mempunyai komitmen pada kesamaan pendapat yang satu sama baiknya dengan pendapat yang lain. Paham ini mempertaruhkan pendidikan pada kekuatan argumentasi yang lebih baik. Kehidupan sosial politik harus dibentuk oleh orang-orang yang mampu menggunakan kata-kata secara persuasif. Tokoh filsafat yang memperhatikan pola persuasif itu adalah Socrates yang mempertajam kemampuan oratorinya dengan meniti karir menulis IIIPENUTUPA. KesimpulanFilsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan PUSTAKAArbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Depdikbud Dikti Muhammad. 2016. filsafat pendidikan. Jogjakarta Valia Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Remaja Rosda Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung Alfabeta. diakses 1oktober 2019*Sumber
0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesOriginal TitleLATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesLatar Belakang Munculnya Filsafat PendidikanOriginal TitleLATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
MAKALAH LATAR BELAKANG TIMBULNYA KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Disusun Sebagai TugasKelompok Mata Kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Dosen Pengampu Syarnubi, Disusun Oleh Kelompok 1 Adela Destri 1532100073 Adi Febi Hidayat 1532100074 Berenda Permata Sari 1532100093 Dewi Shintawati 1532100103 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU TARBIIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AJARAN 2015/2016 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat taufik dan hidayahnya, kami dapat menyelesiakan makalah ini. Salawat serta salam semoga tetap senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia. Kami sampaikan bahwa pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Pendidik Islam dalam perspektif latar belakang munculnya filsafat Pendidikan, dan kami ucapakan terima kasih kepada bapak dosen sudah memberikan kesempatan kepada kelompok kami dalam menyusun makalah ini tersebut. Sehubung dengan pembuatan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan-kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritik, dan masukan dan sebagainya sangat kami harapkan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk lebih baik lagi. Akhirnya do’a kami panjatkan semoga upaya kita lakukan ini mendapat ridha Allah Swt, dan menjadi amal ibadah bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Palembang, 21 Maret 2016 Penulis D. Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan Islam........................... ......12 BAB I PENDAHULUAN Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh universal tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah menggerakkan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan. Seluruh proses pemikiran tersebut didasari pengalaman yang mendalam serta luas tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya sendiri. Sebagai hasil pemikiran bercorak khas Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim. Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang latar belakang timbulnya filsafat Pendidikan Islam masih dalam aspek fungsional, filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu sendiri sekaligus memberikan Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Adapun latar belakang timbulnya filsafat pendidikan yang sebenarnya bercikal bakal dari filsafat itu sendiri. Sehingga perlu bagi kami mengangkat sebuah judul makalah “latar belakang timbulnya kajian pendidikan Islam” agar kita mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya filsafat pendidikan Islam yang mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan tentang sejarah filsafat pendidikan Islam dan bermanfaat bagi kami juga kita semua. Aamiin. 1. Apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam? 2. Apa yang melatar belakangi timbulnya kajian Filsafat Pendidikan Islam? 3. Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan ? 4. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam ? 1. Hanya membahas Pengertian Pendidikan Islam 2. Hanya membahas tentang apa yang melatar belakangi kajian Filsafat Pendidikan Islam 3. Hanya membahas perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan 4. Hanya membahas Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam BAB II PEMBAHASAN Dengan segala tingkat karena dengan memahami filsafatnya, orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang di pelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasil nya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan. Untuk menyelesaikan masalah kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan yaitu Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun Barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bisakah permulaan yang ada ini , dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini”. Akan tetapi mereka akan berusaha. Untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.[5] Di antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realitas dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan[6]. Salah satu masalah atau persoalan yang terjadi dalam era pendidikan ialah analisis terhadap berbagai metode, pendekatan, dan produk-produk pemikiran sejak era klasik hingga abad modern. Konsep-konsep normatif Islam yang terdapat dalam kedua sumber Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah, merupakan sumber sebagai paradigma dalam memotret segala persoalan. Beragam pemaknaan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terhadap kedua sumber fundamental Islam tersebut sehingga melahirkan puspa ragam wacana keagamaan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan bahkan membentuk peradapan pada zaman klasik Islam[7]. Pendidikan islam dipengaruhi oleh multifikator, kondisi, dan problem yang kompleks. Maju mundurnya teori dan praktik pendidikan islam diakibatkan oleh komplektifitas problem tersebut. Problem dimaksud berupa segala persoalan yang inhern dalam pendidikan, yakni problem internal, maupun berada di luar jangkauan bidang pendidikan, yakni problem eksternal yang secara tak langsung berpengaruh, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, etos kerja, stabilitas politik, lemahnya penegakkan hukum dan lain-lain terkait dengan bidang hukum, sosial, ekonomi, dan eksternal ini amat rumit dan karena keterbatasan ruang, maka analisi problem pendidikan islam yang hendak diuraikan dalam tulisan ini difokuskan pada problem internal saja[8]. Problem internal yang dihadapi oleh pendidikan islam meliputi lemahnya visi atau tidak jelasnya arah pendidikan yang dilaksanakan, penekanan yang tidak seimbang antara pembentukan kepribadaan yang utama dalam diri seorang muslim dengan peranan sosialnya ditengah umat, di mana hal ini menyebabkan timbulnya kesalahan individual dan mengesampingkan tekologi yang dianggapnya tidak ada hubungan sama sekali dengan kesalehan dan ketaqwaan. Problem paradigma berpikir normatif-deduktif masih lazim dijumpai dalam pendidikan islam secara umum, bukan hanya di indonesia, tetapi juga di negara-negara islam lainnya.[9] , tetapi juga di negara-negara islam lainnya. Berikut ini adalah penjelasannya 1. Lack Of Vision Ismail Raji al-Faruqi menilai bahwa problem yang belum terselesaikan dari gejala rendahnya standar kelembagaan di dunia islam adalah konsekuensidari lemahnya visi ini. Lemahnya visi ini menyebabkan mereka sebagai alat jiplakan. Secara tak sadar, materi dan metodologi tanpa spirit ini terus menerus menimbulkan proses de-Islamisasi yang memengaruhi para pelajar dengan anggapannya bahwa hal tersebut merupakan pendidikan Islam alternatif, atau sebagai agen perubahan dan modernisasi. 2. Kesalehan Individual dan Ketertinggalan Teknologi Penyempitan makna kepribadian menimbulkan dampak yang besar atas sikap mereka terhadap sains dan teknologi. Seolah-olah sains dan teknologi tidak ada kaitannya dengan kesalehan dan ketakwaan. Padahal, justru di bidang dengan negara-negara lain. Sampai saat ini umat Islam masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal ini ilmu teknologi modern praktis di semua penganut agama besar di muka bumi ini, para pemeluk Islam adalah yang paling rendah dalam sains dan teknologi. 3. Problem Epistemologis Dikotomi Ilmu Akibat berangkai dari pola pikir pendidikan yang dikotomis ini adalah terjadi disharmoni relasi antara pemahan ayat-ayat ilahiah dengan ayat-ayat kauniyah, antara iman dengan ilmu, antara ilmu dengan amal, antara dimensi duniawi dengan ukhrawi, dan relasi antara dimensi ketuhanan teosentris dengan kemanusiaan antroposentris. 4. Tradisi Berpikir Normatif-Deduktif Bilamana pendidikan Islam dewasa ini lebih mengarah pada pola mengajar tersebut, maka dampaknya bisa dirasakan pada proses dan hasilnya. Proses pengajaran agama Islam cendrung dilaksanakan dalam bentuk hafalan dan penguasaan materi sebanyak-banyaknya. Bergesernya praktik pendidikan menjadi lebih identik dengan mengajar ini menimbulkan penekanan yang tidak seimbang pada aspek pengetahuan kognitif semata[10]. Namun, justru dengan melakukan kajian secara historis-sosiologis terhadap berbagai pemikiran Islam dengan sumber Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, dapat ditemukan sejumlah kendala atau problematika bagi kemajuan umat Islam secara umum dan khususnya pula bagi kemajuan dalam dunia pendidikan Islam. Para sejarahwan filsafat percaya bahwa pemikiran paling kuno yang murni atau sebagian besarnya filosofis yang berasal dari kalangan Yunani, kira-kira enam abad yang lalu. Para sejarahwan juga menyebutkan nama-nama mereka yang berupaya mengenal wujud, permulaan dan keberakhiran alam raya. Socrates dialah orang yang menamai dirinya dengan philosophus, pecinta kebijaksaaan. Ungkapan ini lantas di Arabkan menjadi failasuf dan darinya pula kata falsafah diambil. Sejak pertama kali Socrates menyebut dirinya sebagai filosof, dan istilah filsafat digunakan semenjak itu[11]. Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, maka berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis pula. Dengan kata lain, kemunculan filsafat pendidikan ini disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat. Ditambah dengan banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dari tokoh-tokoh filsafat Yunani[13]. Tanpa sikap kritis untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi ada sikap terhadap tradisi dalam konsep tradisonalitas. Namun tradisi, belum tentu semua unsurnya tidak baik, maka harus dilihat dan diteliti mana yang baik untuk dipertahankan dan diikuti. Sikap tradisionalitas itulah salah satu faktor penyebab munculnya ilmu-ilmu filsafat pendidikan islam mengalami kemajuan dari tradisi tradisional ke modern dalam dunia pendidikan Islam, yang mana masalahnya yang bercorak hanya bersifat penghafalan, pengulangan, dan komentar-komentar terhadap pendidikan Islam[14]. Sehingga perlunya pembaharuan di bidang metode dan pendekatan pendidikan Islam, yaitu beralih dari metode mengulang-ulang dan mengahafal pelajaran ke metode memahami dan manganalisis. Selama ini, sistem pendidikan Islam lebih cenderung berkonsentrasi pada buku-buku ketimbang subjek. Peserta didik hanya belajar menghafal, bukan mengelolah pikiran secara kreatuf. Sehubungan dengan praktik ini, pertumbuhan konsep pengetahuan menjadi rusak. Ilmu pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang kreatif, melainkan sesuatu yang diperoleh, karena itulah metode menghafal harus diganti dengan metode memahami dan menganalisis secara krisis-konstruktif[15]. Sehingga itulah kajian filsafat pendidikan Islam muncul untuk menjawab persoalan atau permasalahan atau pendapat-pendapat baru yang terjadi dari era kependidikan mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam. C. Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan Dalam sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat dijelaskan, bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran manusia terhadap potensi dirinya, khususnya akal budi. Awal pemikiran filsafat muncul sebagai reaksi terhadap kungkungan mitologi, dimana manusia dibelenggu oleh kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai yang dimunculkan oleh mitos[16]. Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk menemukan apa yang disebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada. Ia berada diluar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukanlah sesuatu yang statis melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan “pencaharian” tersebut[17]. Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa henti. Perkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenaran karna rasa ingin tahunya. 1. Perkembangan pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno[18]. Ø Timur Jauh Di India berkembang filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan Budhisme. Sedangkan Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di China, berkembang Toisme dan Komfusianisme[19]. Ø Timur Tengah Yang berkembang adalah di Yahudi dan Kristen. Ø Romawi danYunani Antromornisme Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan dengan sifat-sifat manusia yang di ciptakan. Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristik dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian. 2. Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian, lawan dari materialisme. Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialism. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM, yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi[20]. Ø Idealisme Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah nyata. Nyata selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan[21]. Ø Materialisme Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak. Ø Rasionalisme Aliran rasionalisme memandang akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. 3. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam. Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme. 4. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates 470-399 SM Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya[22]. 5. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato 427-347 SM Menurut Plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara[23]. 6. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar[24]. D. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam Perkembangan pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Islam itu sendiri. Secara garis besar Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa[25], yaitu 1. Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW 571-632 M. 2. Masa khalifah yang empat Khulafaur Rasyidin Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali di madinah/632-661 M. 3. Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik 661-750 M. 4. Masa kekuasaan Abbasiyah di Bagdad 750-1250 M. 5. Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Bahdad tahun 1250 M sampai sekarang. Pembagian 5 masa di atas dalam kaitannya dengan periodisasi sejarah pendidikan Islam nampak sebagaimana diuraikan pada bagian kedua. Akan tetapi dalam kaitannya dengan kajian pendidikan Islam di indonesia, maka cakupan pembahasannya akan berkaitan dengan sejarah Islam di indonesia dengan fase-fase sebagai berikut[26] 1. Fase datangnya Islam ke Indonesia. 2. Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi. 3. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam proses politik. 4. Fase kedatangan orang Barat zaman penjajahan. 5. Fase penjajahan Jepang. 6. Fase Indonesia merdeka. 7. Fase pembangunan. Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga. Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia. BAB III PENUTUP Latar belakang dari timbulnya filsafat pendidikan Islam karna banyaknya persoalan dan perubahan baru yang timbul didalam dunia pendidikan tersebut dan berusaha untuk menjawab serta memecahkanya, rasa ingin tahu, dan ditambahnya ide-ide baru dalam dunia pendidikan. Mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam. Berkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenarannya. Ada pun pemikiran-pemikiran tersebut mulai dari pemikiran spiritualisme Kuno, Yunani, Yunani Kuno abad pertengahan, hingga para tokoh seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga. Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Ø Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung Mizan IKAPI. Ø Jalaludin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta Rajawali Pers. Ø Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta PT RajaGrapindo Persada. Ø Nata, Abudin. 2010. sejarah Pendidikan Islam. Jakarta PT RajaGrafindo Persada. Ø Rachman Assegaf, Abd. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Rajawali Pers. Ø Taqi Mishbah, Muhammad. 2003. Buku Daras Filsafat Islam. Bandung Mizan IKAPI. Ø Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik. Jakarta Rajawali Pers. Ø Zuhairini 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. [1]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Mizan IKAPI, 2003, hlm. 3 [2]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta PT RajaGrapindo Persada, 2011, hlm 31 [3]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 9 [4]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 10 [6]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 32 [7]Zaprulkhan, Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik, Jakarta Rajawali Pers, 2014, hlm. 156 [8]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Rajawali Pers, 2011, hlm. 19 [9]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 19 [10]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 20-23 [11]Muhammad Taqi Mishbah, Buku Daras Filsafat Islam, Bandung Mizan IKAPI, 2003, hlm. 3-5 [12]Abudin Nata, sejarah Pendidikan Islam, Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2010, hlm. 156 [13]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 33 [14]Zaprulkhan, Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik..., hlm 161 [15]Zaprulkhan, Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik..., hlm 167 [16]Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta Rajawali Pers, 2013, hlm. 71 [17]Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan..., hlm. 72 [18]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 34 [19]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., 35-38 [20]Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, hlm. 50 [21]Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan..., hlm. 56 [22]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 70 [23]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan...,hlm. 72 [24]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan...,hlm. 73 [25]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2010, hlm. 7 [26]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam..., hlm. 8
Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Docx makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan merupakan desain gambar wallpaper HD gratis yang diunggah oleh seorang fotografer dan ahli desain grafis terbaik di indonesia. Pada halaman ini kami juga memiliki berbagai gambar menarik dengan format PNG, JPEG, JPG, BMP, GIF, WebP, TIFF, PSD, EPS, PCX, CDR, AI, logo, icon, vector, hitam dan putih, transparan, dll. Semua konten yang tersedia bersumber dari seluruh situs penyedia gambar di indonesia. Silahkan Unduh foto atau gambar ini dalam resolusi HD dengan cara klik "Tombol Download" dibawah-nya. Jika Anda tidak menemukan resolusi sesuai dengan apa yang Anda cari, maka pilihlah resolusi asli atau yang lebih tinggi. Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa untuk bookmark makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan using Ctrl + D PC atau Command + D macos. Jika Anda menggunakan ponsel, Anda juga dapat menggunakan menu simpan halaman melalui browser. Sistem Operasi apapun yang digunakan baik itu Windows, Mac, iOs atau Android dapat mengunduh gambar menggunakan tombol download. Makalah Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Seluk Beluk Dan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Aliran Modern Pdf Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Islam Arian Sahidi Inspiratif Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Pendidikan 2 393419883 Makalah Al Thusi Ibn Maskawaih Docx Doc Makalah Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Nabila Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Makalah Aliran Aliraan Filsafat Pendidikan Docx
latar belakang munculnya filsafat pendidikan